Minggu, 20 September 2015

Sosial Budaya Kabupaten Sumedang


SOSIAL  BUDAYA KOTA SUMEDANG

Ngalaksa
Sebagian besar penduduk di daerah Sumedang, sejak masa silam hingga kini, mengandalkan hidup dari bersawah dan bercocok tanam. Karena itu, budaya masyarakat daerah ini masih menyatu dengan alam sekitar. Sistem nilai, tradisi, dan seni budaya, masih cukup melekat di daerah Sumedang.

        
                                   

           Di sebagian daerah di Kota Sumedang masih cukup banyak kebiasaan dari para leluhur, dipertahankan menjadi semacam adat atau tradisi. Selain dapat dilihat dari banyaknya acara kesenian dan tradisi yang kini menjadi agenda pariwisata, seperti upacara adat ngalaksa dan rayagungan, beberapa jenis kesenian tradisional masih tetap mewarnai kehidupan warga di sana. Bahkan, desa ini pula memiliki kawasan desa wisata sebagai miniatur kebudayaan masyarakat sekitar Kota Sumedang.

Jentreng

Seni Jentreng adalah kesenian yang tumbuh dari kehidupan bertani masyarakat Rancakalong Kabupaten Sumedang. Seni Jentreng adalah upacara ritual yang berhubungan dengan magis religius untuk menghormati Dewi Sri. Masyarakat sekitar menyebutnya dengan nama Kersa Nyai dengan tujuan supaya Kersa Nyai tetap tinggal dan betah di Rancakalong. Hal ini sesuai dengan kebiasaan masyarakat yang menempatkan Seni Jentreng sebagai media pokok dalam penyelenggaraan upacara Nyalin atau panen padi.

                            

Asal mula kesenian Jentreng menurut cerita yang beredar di masyarakat adalah, konon pada jaman dulu, di daerah Sunda tidak ada bibit padi. Sehingga masyarakat Sunda pada waktu itu tidak dapat mengkonsumsi beras untuk makan sehari-hari. Untuk memenuhi kebutuhan perutnya, mereka mengganti beras dengan biji hanjeli. Masyarakat Sunda setiap selesai panen melakukan upacara ritual untuk menghormati Dewi Sri. Pada masyarakat Rancakalong, upacara itu disebut Jentreng atau Tarawangsa. 

Kuda Renggong

         
Kuda Renggong telah berkembang dilihat dari pilihan bentuk kudanya yang tegap dan kuat, asesoris kuda dan perlengkapan musik pengiring, para penari, dll., dan semakin hari semakin semarak dengan pelbagai kreasi para senimannya. Hal ini tercatat dalam setiap festival Kuda Renggong yang diadakan setiap tahunnya. Akhirnya Kuda Renggong menjadi seni pertunjukan khas Kabupaten Sumedang. Kuda Renggong kini telah menjadi komoditi pariwisata yang dikenal secara nasional dan internasional. Dalam pertunjukannya, Kuda Renggong memiliki dua kategori bentuk pertunjukan, antara lain meliputi pertunjukan Kuda Renggong di desa dan pada festival.


Pakaian Adat
          Sumedang adalah bagian dari Provinsi Jawa Barat. Pakaian adat daerah Jawa Barat memiliki bagian-bagian nya. Bagi pakaian adat Jawa Barat dibedakan sesuai jenis kelaminnya, pria dan wanita.

PAKAIAN ADAT PRIA JAWA BARAT :
  • ·         Terdiri dari baju jas dengan kerah menutup leher yang biasa disebut dengan JAS TAKWA.
  • ·         Kain batik atau lebih dikenal dengan nama KAIN DODOT dengan motif bebas.
  • ·         Celana panjang yang sewarna dengan JAS TAKWA
  • ·         Penutup kepala / BENDO
  • ·         Kalung
  • ·         Sebilah keris yang terselip di belakang pinggang
  • ·         Alas kaki atau selop
  • ·         Rantai kuku macan atau jam rantai sebagai hiasan JAS TAKWA

                        

PAKAIAN ADAT WANITA JAWA BARAT :
  • ·         Baju kebaya motif polos dengan hiasan sulam atau manik-manik
  • ·         Kain batik atau disebut juga KAIN KEBAT DILEPE.
  • ·         Ikat pinggang, biasa disebut BEUBEUR yang fungsinya untuk mengancangkan kain KEBAT DILEPE
  • ·         Selendang, biasa disebut KAREMBONG yang berfungsi sebagai pemanis.
  • ·         Beberapa hiasan kembang goyang yang menghiasi bagian atas kepala serta rangkaian bunga melati yang menghiasi sanggul rambut
  • ·         kalung
  • ·         Alas kaki / selop yang warnanya sama dengan warna kebaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar